Sukabumi, USHUL NEWS – Untuk mendukung dan memenuhi kriteria visi internasionalisasi, Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terus berupaya meningkatkan sistem pengelolaan jurnal ilmiah menuju jurnal bereputasi internasional. Untuk itu, FU UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkolaborasi dengan IAIN Salatiga menggelar sharing pengalaman tata kelola jurnal bereputasi.
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara dalam Rapat Kerja (Raker) FU UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dihelat di Taman Sari Hotel & Resort, Jalan Surya Kencana No. 112 Cikole, Sukabumi, Jawa Barat. Selasa (22/2/2022)
Acara yang digelar secara hybrid (luring dan daring) ini dimoderatori oleh Dosen FU UIN Syarif Hidayatullah, Drs. Agus Darmaji, M.Fils. Ia menjelaskan, FU kini memiliki 6 jurnal yang selama ini masih dikelola dengan baik dan terus berupaya meningkatkan akreditasinya.
“Kita sudah punya 6 jurnal yang sudah dikelola dengan baik, namun kita tetap perlu belajar tentang bagaimana mengelola jurnal agar lebih baik lagi, sehingga akreditasi bisa selalu meningkat sampai menuju jurnal yang bertaraf internasional,” katanya mengawali diskusi.
Ketua LPM IAIN Salatiga, Dr. H. Muhammad Irfan Helmy, Lc., MA, mengatakan, semua yang terkait dengan jurnal berindeks scopus, seperti bagaimana bentuknya, fungsinya seperti apa, apakah merangkum dalam bentuk jurnal, buku, maupun riset, bisa dipelajari di form indeks scopus.
“Untuk rujukan secara umum, semua cara dan teknis pengelolaan wajib dipelajari dari awal bagi semua pengelola jurnal. Semua bisa kita pelajari. Misal, jurnal seperti apa yang memang layak diajukan di scopus? Apakah memenuhi syarat minimal atau tidak. Jadi bila kita kehilangan materi atau bahan, tidak perlu khawatir, karena semua sudah ada pada form indeks scopus,” jelasnya.
Menurut Pengelola Jurnal IJIMS ini, dengan mempelajari kriteria yang diperlukan, di sini kita akan mengetahui apa yang harus kita persiapkan.
“Kriteria jurnal ilmiah internasional yang berkualitas di antaranya seperti karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan, memiliki ISSN, ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB, memiliki terbitan versi online, Dewan Redaksi yang ada adalah pakar di bidangnya dari 4 negara, dan artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 nomor terbitan paling sedikit penulisnya berasal dari 2 negara, dan seterusnya,” papar Irfan.
“Bagaimana jurnal-jurnal di FU, bisa mengambil angle yang pas sehingga bisa menjadi jurnal yang khas dan unik. Tidak identik atau mirip dengan jurnal-jurnal lain yang sudah terindeks scopus,” imbuhnya.
Ia menambahkan, jurnal internasional bereputasi adalah jurnal yang memenuhi berbagai kriteria sebagai jurnal internasional dengan indikator diterbitkan oleh asosiasi profesi ternama di dunia atau Perguruan Tinggi atau penerbit kredibel.
“Selain itu, terindeks juga dalam basis data pemeringkat internasional yang diakui oleh kemendikbud ristekdikti dan jurnal tersebut dapat dinilai paling tinggi 40,” ujarnya.
Irfan menilai, menjadi pengelola jurnal merupakan pekerjaan yang begitu menyita waktu, energi dan pikiran.
“Beban pekerjaan menjadi pengelola jurnal begitu berat dan rumit namun penuh kesunyian seolah-olah tidak terlihat. Dan faktanya penghargaan yang kita terima yang tidak seberapa dibandingkan beban dan tanggung jawab kerjanya. Ini yang harus menjadi perhatian kita bersama,” tutupnya. (fu/man)