Gedung FU, USHUL NEWS – Sebagai upaya untuk membentuk jiwa interpreneur sosial pada mahasiswa, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersinergi dengan Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Kewirausahaan Sosial. Bimtek selama 2 hari ini (Rabu-Kamis, 1-2 September 2021) dihelat secara virtual via zoom meeting. Rabu (1/9/2021)
Bimtek yang bertajuk ‘Memperkuat Kewirausahaan Sosial Mahasiswa di Masa Pandemic Covid-19’ menghadirkan 2 narasumber yang handal di bidangnya, yakni Owner Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) Iskandar Budisaroso Kuntoadji dan Owner Adida Batik (batik tulis di Madura), Bahriyadi.
Mengawali Bimtek ini, Moderator Acara Ulfa Nur Azizah mengatakan, kewirausahaan biasanya dilihat pada kepentingan pribadi dan modal financial. Akan tetapi berbeda dengan kewirausahaan sosial ini lebih mengedepankan modal sosial.
“Modal sosial ini untuk memberikan perubahan paradigma muda berbisnis agar lebih memberikan manfaat atau benefit untuk menarik masyarakat kurang mampu, agar mendapatkan manfaat. Oleh karena itu, bagaimana mahasiswa mempunyai jiwa enterpreneur sosial agar memberikan manfaat bagi orang banyak,” katanya sekaligus membuka acara.
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama, Edwin Syarip dalam sambutannya mengatakan, Bimtek tentang kewirausahaan sosial ini tepat dan positif karena sangat berhubungan dengan aktivitas mahasiswa, tidak hanya kegiatan akademik, tetapi juga kegiatan sosial kewirausahaannya.
“Berbicara tentang kewirausahaan, kuatnya suatu negara salah satu penopangnya adalah aspek ekonomi yang didukung langsung oleh rakyat. Ini terbukti sejak pasca masa krisis 98, ketika itu pedagang kecil dan usaha rakyat lainnya mampu membuat ekonomi bangsa ini tetap bertahan dan berlanjut,” ujarnya.
“Untuk itulah saya berterima kasih kepada Bapak Iskandar, yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing mahasiswa kami. Kepada mahasiswa, silakan disimak baik-baik, ikuti kegiatan bimtek ini dengan serius, agar nanti bisa diaplikasikan secara nyata di dunia usaha nanti,” sambungnya.
Pemateri pertama, Iskandar Budisaroso Kuntoadji menjelaskan, bisnis sosial itu lebih pada bagaimana kita menumbuhkan kesadaran sosial, bukan memperbanyak berpikir soal profit yang ada di kepala, karena esensinya adalah interaksi sosial.
“Bisnis sosial itu tidak bisa didefinisikan secara letterlek, lebih pada hati yang ada di dadamu, bukan otak yang ada di kepalamu. Kalo kita cermati term dari kewirausahaan sosial, boleh kita bilang bahwa bisnis ini lebih memikirkan tentang kebutuhan orang banyak, bukan semata untuk diri sendiri, harus diimplementasikan sebagai bentuk kegiatan ibadah juga. Dan penting juga diupayakan agar bisnisnya serasi dan selaras dengan lingkungan, bukan untuk merusak,” paparnya.
Ia menambahkan, ini akan membuat orang berpikir bagaimana bisnisnya itu bisa bermanfaat untuk kemaslahatan, bukan sekedar keuntungan pribadi.
“Bisnis sosial itu dibukakan oleh Yang Maha Kuasa, karena bukan hanya kerja otak, tapi juga kerja hati. Sehingga bisnisnya itu merupakan jalan hidup dan mendekatkan diri kepada Yang Kuasa,” pungkas Iskandar.
Sementara itu, Pemateri kedua, Bahriyadi menyampaikan tentang fondasi utama kewirausahaan sosial adalah kegiatan-kegiatan spiritual.
“Dalam hal ini adalah penguatan hati dalam menjalankan bisnisnya. Kita harus melihat pada diri kita terlebih dahulu, tujuan hidup kita apa. Hal ini untuk menghindarkan praktik-praktik ketidakjujuran dalam berbisnis,” jelas pria yang pernah mendapatkan Satu Indonesia Award 2018 Kategori Bisnis.
“Prinsip kewirausahaan sosial adalah kebersamaan dan pemerataan, bagaimana memakmurkan masyarakat sekitar. Lebih ke persoalan hati ingin mengajarkan bahwa hidup itu bukan semata-mata soal uang, yang dikejar tidak hanya profit dunia, tapi juga akhirat,” tandasnya. (man/fu)