Fakultas Ushuluddin (FU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar diskusi dosen di Ruang Pertemuan FU pada Rabu (18/9/2019). Kegiatan dimulai pukul 09.00 hingga 12.30 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. Yusuf Rahman, MA. mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dosen sekaligus memicu semangat dosen dalam meneliti. Selain itu, acara ini dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengenang 21 tahun wafatnya Prof. Harun Nasution.
“Ini pertemuan pertama. Ini sebagai salah satu peningkatan penelitian dosen, selain publikasi. Dan tepat 21 tahun yang lalu, pada tanggal ini Prof. Harun Nasution meninggal dunia. Jadi, Prof. Harun salah satu ikon dari UIN dan sebagai ikon pembaharu. Nah pada hari ini sebagai semacam haul atau peringatannya,” terang Dr. Yusuf Rahman, MA.
Banyak sekali, tambah Dekan FU, nilai-nilai yang dapat dipelajari dari Prof. Harun Nasution. Beliau adalah salah satu sosok yang menggagas pembaharuan Islam di Indonesia. Seluruh civitas academica FU dihimbau untuk meneladani sikap pembaharuan Prof. Harun Nasution.
“Banyak yang dapat kita pelajari dari Pak Harun ini. Dari gagasan misalnya, Islam ditinjau dari berbagai aspek. Nah ini tentang pembaharuan. Sebenarnya Fakultas Ushuluddin adalah gerbongnya sebagai fakultas pembaharuan,” lanjut Dekan FU.
Wakil Dekan (Wadek) I Bidang Akademik FU Kusmana, MA. Ph.D. mengatakan, kegiatan ini merupakan diskusi dosen pertama sejak delapan tahun terakhir. Pada masa kepemimpinan Dr. Yusuf Rahman, Ma., lanjut Wadek I, diskusi semacam ini akan terus digelar. Menurut beliau diskusi merupakan salah satu indikasi kecemerlangan FU.
“Diskusi dosen mati suri sekitar delapan tahun di Fakultas Ushuluddin. Cemerlangnya Ushuluddin salah satunya diskusi. Ketika tidak ada diskusi maka salah satu tanda matinya Ushuluddin,” kata Wadek I FU.
Dalam diskusi dosen ini menampilkan dua pembicara dan dua penanggap. Dalam kesempatan kali ini pembicara berasal dari dosen Program Studi (Prodi) Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) dan alumni FU. Pertama, dosen Prodi AFI Rosmaria Syafariyah Widjayanti, S.S., M.Si., dengan tema Titik Temu Pemikiran Epistemologi Seyyed Hossein Nasr dan Fritjof Capra (Studi Kritis Filsafat Perenial), dan alumni FU Fasjud Syukroni, S.Th.I., M.Ag. dengan tema Catatan Kritis atas Geger Disertasi Halalkan Zina.
Rosmaria Syafariyah Widjayanti, S.S., M.Si. memaparkan dua pemikiran tokoh yakni Fritjof Capra dan Seyyed Hossein Nasr. Fritjof Capra adalah seorang fisikiawan kontemporer yang mengakui sumber kebenaran akal dan pengalaman, kapasitas rasio dan indra, juga ukuran kebenaran yang logis dan empiris. Akan tetapi, Capra juga meyakini dan menggunakan epistemologi intuisi. Sementara Seyyed Hossein Nasr adalah filosof muslim yang meyakini nalar, indra, intuisi, dan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
“Hossein Nasr meyakini nalar, indra, intuisi, dan wahyu sebagai sumber pengetahuan,” paparnya.
Sementara Fasjud Syukroni, S.Th.I., M.Ag. menerangkan pemikiran Syahrur tentang milk al-yamin. Menurutnya, pembahasan milk al-yamin menarik untuk dibahas. Tafsir Imam Thabari atas milk al-yamin tidak akan jauh penafsirannya dengan kata al-sarari, al-‘abid, al-jawari, al-sabaya, dan al-raqiq.
“Jika merujuk ke Tafsir Imam Thabari, penafsiran atas milk al-yamin tidak akan jauh penafsirannya dengan kata al-sarari, al-‘abid, al-jawari, al-sabaya, dan al-raqiq,” ungkapnya.
(yud/zham)