Gedung FU, USHUL NEWS – Terpilihnya rektor baru harus mampu menjalankan penyelenggaraan perguruan tinggi yang dapat beroperasional secara penuh. Peraturan yang sudah ada tentunya bisa memberikan keleluasaan yang sangat besar bagi rektor. Adanya sistem BLU itu memberikan ruang kreativitas bagi pimpinan. Oleh karena itu, dengan status sebagai rektor –sebenarnya diberikan kesempatan sangat besar untuk memajukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tinggal sekarang bagaimana rektor baru itu mampu membawa UIN ini.!
Hal itu disampaikan Guru Besar bidang Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin, Prof. Kusmana, S.Ag., M.A., Ph.D. saat ditanyai mengenai harapannya terhadap rektor yang baru, Kamis (02/03/2023).
Kusmana menjelaskan, untuk memajukan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta paling tidak mempertimbangkan dua hal: pertama, pertimbangkan amanat Menteri Agama yang mengangkat dia.
Kedua, pertimbangkan perkembangan obyektif internal UIN Jakarta itu sendiri yang telah berevolusi dari sejak tahun 60-an sampai sekarang.
“Untuk yang amanat dari Menteri, ada dua pokok pikiran; pertama, bagaimana status kelembagaan yang sudah universitas ini bisa menguatkan setiap fakultas, tapi dikhususkan bagi fakultas agama atau fakultas yang konsen mengkaji pemikiran keagamaan. Itu harus dikuatkan!. Dan harus menjadi salah satu center for excellence,” katanya.
Saya kira, Ia melanjutkan, amanat menteri agama ini sangat strategis supaya bisa dijadikan barometer. Karena hal itu sudah ada rambu-rambu sekitar 23 tahun lalu, yang itu disampaikan oleh penggerak gerbong pembaruan pemikiran Islam di Indonesia, yaitu Nurcholish Madjid.
“Cak Nur pernah menyampaikan dalam makalahnya bahwa ia mengkhawatirkan kalau IAIN bertransformasi menjadi UIN atau universitas, maka fakultas agama akan sulit berkembang. Saya kira ini sedang dirasakan oleh fakultas-fakultas agama itu. Maka rektor baru harus memikirkan ini sehingga menjadi hal yang positif; karena kekuatan fakultas itu untuk menguatkan islamic studies,” terangnya.
Untuk amanat kedua, harus ditimbang-timbang secara baik, hati-hati dan bijaksana. Karena setiap sistem manajemen itu ada kekuatan dan kelemahan; satker ada kekuatan dan kelemahan, BLU ada kekuatan dan kelemahan.
“Terhadap kekuatan ini dari setiap sistem termasuk sekarang kita menjalankan sistem BLU ini. Saya melihat UIN Jakarta belum maksimal memahami dan menerjemahkan sistem BLU ini, sehingga teori sebenarnya banyak janji-janji menyejahterakan dan membahagiakan semua pihak, dosen-tendik-mahasiswa. Begitu juga pendidikan bisa lebih bermutu dan berkualitas, tapi dalam implementasinya tentu tidak mudah, kita masih meraba-raba dan bersinggungan. Tidak hanya di UIN Jakarta, tapi mungkin sistem BLU di kampus-kampus lain juga mengalami kesulitan dan menjerit. Misalnya, sekarang semua penghasilan disatukan. Nah penyatuan penghasilan itu masih jadi pertanyaan; banyak kegiatan lain yang harus dilaksanakan secara sepenuh hati ternyata bergeraknya tidak sepenuh hati –mungkin karena amplopnya– atau karena alasan lain; nah itu harus diselesaikan persoalan itu. Saya yakin PTNBH juga begitu, pasti ada kekuatan dan kelemahan,” jelasnya.
Jika mau serius, Ia melanjutkan lagi, mau meneruskan atau mewujudkan amanah menteri ini, maka harus dikaji secara baik, hati-hati dan taktis.
“Kalau dari pertimbangan internal, saya kira Ciputat itu sudah lama sekali memiliki identitas, misalnya sebagai pusat pembaharuan Islam itu jangan sampai dilupakan dan harus dikembangkan kembali. Kemudian, center for excellence di fakultas-fakultas umum yang sekarang tanda-tandanya sudah mulai tampak berkontribusi positif baik di Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ataupun di Fakultas Sains dan Teknologi (FST). Terakhir adalah filosofi penyelenggaraan perguruan tinggi perlu mendapat perhatian yaitu konsep integrasi ilmunya.” tutupnya.
Diketahui, bahwasanya Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. resmi dilantik Menteri Agama RI (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjadi rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2023-2027. Prosesi pelantikannya di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama RI Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Rabu (01/03/2023). Posisinya menggantikan kepemimpinan Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis M.A. periode 2019-2023. (fu)