Fakultas Ushuluddin (FU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan delegasi Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta di Ruang Pertemuan FU pada 11 September 2019. Agenda ini bertema Peran Filsafat dalam Membangun Peradaban Baru Islam dengan pemateri Prof. Dr. Ayatullah Muhsin Qummi, Member of Assembly Experts Islamic Republic of Iran (Anggota Majelis Ahli Republik Islam Iran) dan penerjemah Akmal Kamil, MA dari ICC Jakarta.
Prof. Dr. Ayatullah Muhsin Qummi mengatakan, di dunia barat sekarang sedang berkembang filsafat neo-kantianisme, neo-platonisme, dan mulai tumbuh filsafat Islam. Filosof muslim seperti Arkoun turut mengembangkan filsafat di barat. Selain itu, turut berkembang filsafat analitik, filsafat fenomenologi, filsafat eksistensialis. Ada juga kecenderungan masyarakat barat belajar hal-hal yang sifatnya spiritual. Ini akibat aliran-aliran hedonistik, homoseksualistik, dan skeptisistik tidak bisa memberikan ketenangan kepada masyarakat di barat. Oleh karena itu mereka mencari jalan baru untuk menemukan ketenangan. Sementara ini tidak ada jawaban kecuali kembali kepada spiritualitas.
“Dan ini menurut angka penelitian statistik bahwa tingkat stres, tingkat depresi, dan frustasi manusia hari ini semakin berkembang. Oleh karena itu mereka mencari jalan baru untuk menemukan (ketenangan) manusia. Sekarang sementara ini tidak ada jawaban yang lain selain satu, kembali kepada spiritualitas, kembali kepada akhlak, kembali kepada agama,” papar Prof. Dr. Ayatullah Muhsin Qummi di Ruang Pertemuan FU pada Kamis (12/9/2019).
Beliau menjelaskan, anak-anak kecil di Iran mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sudah diajarkan dasar-dasar berpikir filsafat. Anak-anak hingga masyarakat umum diajarkan untuk menerima ataupun menolak sesuatu dengan dasar argumentasi dan nalar rasional. Selain itu mereka juga diajarkan untuk tidak boleh memaksanakan suatu pendapat kepada orang lain.
“Kita harus berargumentasi, bernalar segala sesuatu itu entah itu menerimanya atau menolaknya dengan argumentasi, tidak pernah memaksanakan suatu pendapat kepada orang lain. Kita menyebutnya dengan dirkursus yang moderat,” ujarnya.
Di Iran, lanjutnya, anak-anak tidak pernah diajarkan memegang senjata. Mereka sejak usia dini diajarkan untuk aktif menulis dan berargumentasi dengan rasional.
“Alih-alih memberikan senjata, kita memberikan pena kepada anak-anak kita, kita mengajarkan argumentasi kepada mereka. Oleh karena itu diajarkan, bahwa ada satu kelompok yang mengajarkan kekerasan dan ekstremitas dan ada juga yang menggunakan argumentasi dan cara berpikir rasional dan kritis,”
Umat Islam, menurut beliau, harus menerapkan ajaran-ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun sebuah peradaban yang menggabungkan ilmu dan teknologi. Umat Islam sekarang peradabannya tertinggal karena tidak mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Jika umat mampu menemukan Islam yang sesungguhnya, maka akan mampu meraih ilmu dan teknologi. Dulu, abad ke-4 dan ke-5, umat Islam pernah menjadi rujukan utama dalam ilmu pengetahuan. Pada masa itu, barat sedang mengalami masa kegelapan.
“Bagaimana pada abad ke 4 dan 5 kaum muslimin itu menjadi rujukan dalam ilmu pengetahuan. Pada masa itu barat mengalami kegelapan. Mereka juga menyebutkan dengan dark age. Dan kita juga bisa mencapai peradaban itu kembali dengan usaha, kita akan menjadi pusat rujukan dalam ilmu dan pengetahuan teknologi,” tegasnya.
Beliau berharap diskusi seperti ini dapat diadakan lagi. Acara semacam ini sangat dibutuhkan oleh kampus-kampus Islam.
“Saya berharap diskusi seperti ini entah di Indonesia ataupun di Iran bisa dilanjutkan. Kita sangat membutuhkan adanya dialog-dialog seperti ini,” pungkasnya.
Acara ini dihadiri Direktur ICC Prof. Dr. Hakimelahi, Dekan FU Dr. Yusuf Rahman, MA., Wakil Dekan I Bidang Akademik Kusmana, MA., Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.Ag., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama Dr. Media Zainul Bahri, MA.
Selain itu turut hadir Ketua Program Studi (Prodi) Studi Agama-agama (SAA) Syaiful Azmi, S.Ag., MA., Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) Dra. Tien Rohmatin, MA., Ketua Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Dr. Eva Nugraha, MA., Sekretaris Prodi IAT Fahrizal Mahdi, Lc, MA, Sekretaris Prodi Ilmu Hadis (IH) Dr. Abdul Hakim Wahid, MA., Ketua Program Magister Dr. Bustamin, SE., M.Si., Guru Besar FU Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis, MA., Dosen FU Dr. M. Amin Nurdin, MA., Dr. Bambang Irawan, M.Ag., dan beberapa mahasiswa FU.
(yud/zham)