Fakultas Ushuluddin (FU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan Seminar Internasional dengan tema Peran Universitas dan Cendekiawan dalam Membangun Peradaban Baru Islam di Teater Prof. H.A.R. Partosentono pada Senin (28/10/2019). Kegiatan ini dimulai dari 09.00 hingga 12.30 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Pemateri dalam kegiatan ini adalah Prof. Dr. Ali Reza A’rafi, Prof. Dr. Azumardi Azra, MA, Prof. Dr. Faisal M. Faisal Bakti, MA. Sementara moderator pada kegiatan ini adalah Wakil Dekan (Wadek) Bidang Akademik Kusmana, MA. Ph.D.
Dekan FU Dr. Yusuf Rahman, MA dalam sambutannya mengatakan, pada kali ini kita akan mengadakan seminar untuk membicarakan bagaimana peran universitas dan cendekiawan dalam membangun peradaban baru Islam. Ia berharap semua dosen dan mahasiswa yang hadir dapat berdiskusi dengan pembicara yang telah hadir.
“Semoga dosen-dosen dan mahasiswa-mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang di sini bisa berdiskusi dengan para pembicara yang telah hadir,” kata Dekan FU.
Prof. Dr. Ali Reza A’rafi mengatakan, ada suatu masa ketika kaum muslim mengalami masa keterpurukan dalam sejarah. Sebagian sarjana muslim berusaha bahu-membahu untuk kembali membangun peradaban Islam yang baru dengan karya-karya mereka.
“Sebagian sarjana muslim berupaya bergandengan tangan agar bisa membangun peradaban dan mereka berhasil membangun peradaban yang berpengaruh dengan kreasi-kreasi ciptaan mereka,” ungkap beliau yang juga Rektor Universitas Hauzah Ilmiah Republik Islam Iran.
Revolusi Islam Iran semenjak 40 tahun hingga sekarang memiliki salah satu agenda yakni membangun peradaban baru dengan metodologi dan pendekatan baru. Imam Khomaeni dan pemimpin besar Islam Iran senantiasa menjadikan agenda utama untuk membangun peradan baru Iran dengan pendekatan dan metode yang baru. Dalam mencapai peradaban besar para akademisi di masyarakat tentu sangat berperan vital di dalam menciptakan sebuah peradaban besar.
“Insyaallah saya akan membagi waktu untuk berbicara tentang beberapa poin tentang peradaban Islam,” papar beliau.
Ada beberapa poin yang ingin disampaikan Prof. Ali Reza berupa pertanyaan. Apakah Islam merupakan agama yang bisa menawarkan sebuah peradaban bagi manusia ataukah hanya sebagian kecil saja yang dibahas dalam kehidupan?
Beliau meyakini bahwa agama Islam adalah agama peradaban. Islam dapat membangun peradaban manusia pada level maksimal dan mengatur manusia dalam semua aspek kehidupan.
“Namun kami meyakini ada teori bahwa agama Islam adalah agama peradaban. Agama yang bisa membangun peradaban manusia pada level maksimal dan mengatur peradaban manusia dimana proposisi agama mengatur manusia dalam membangun peradaban,” ucap beliau.
Sementara itu, Prof. Azumardi mengatakan, Islam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan mendukung kemajuan peradaban berdasarkan pada semangat keislaman. Islam pernah mengalami masa kejayaannya dulu.
“Nah saya tidak akan membahas romantisme sejarah umat Islam, saya akan membahas maju dan tidak mengulangi romantisme,” papar beliau.
Islam mengalami kemunduran peradaban. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan hal itu. Pertama konflik yang tidak kunjung usai diantara sesama masyarakat muslim. Semua kekayaan digunakan untuk berperang dan membunuh sesame muslim.
“Pertama konflik yang tidak pernah berakhir diantara masyarakat muslim. Di Timur Tengah begitu, Di Asia Selatan kita lihat begitu. Dan semua kekayaannya digunakan untuk perang, membunuh sesama muslim. Kerja kita ini kelihatannya tidak mau belajar dari masa lalu. Kesalahan masa lalu itu adalah kita berantem terus sesama muslim. Itu yang terjadi,” tambah beliau.
Faktor kedua yakni masih bertahannya ortodoksi yang mengharamkan sciences dan empirical sciences. Bahkan masih ada orang Islam yang tidak percaya bahwa manusia sudah bisa mendarat di bulan. Selain itu juga mulai muncul neo-konservatif yang mengatakan bahwa bumi itu datar
“Faktor yang kedua masih bertahannya ortodoksi yang mengharamkan rasional sciences dan empirical sciences. Bahkan sampai sekarang masih ada orang Islam yang tidak percaya bahwa manusia sudah sampai ke bulan. Bahwa sekarang muncul neo-konservatif yang mengatakan bahwa bumi itu datar, flat, bukan bundar seperti bola. Dibarengi dengan konservatisme keagamaan,” pungkas beliau.
(yud/zhm)