Gedung FU, USHUL NEWS – Berbagai isu mengatakan bahwa peran perempuan tenggelam akibat faktor salah satunya adalah budaya patriarki yang selalu memosisikan laki-laki paling atas jika dibandingkan dengan perempuan, terutama aktivitasnya di ruang publik. Pada ruang akademik misalnya, banyak ditemukan tulisan tentang kajian al-Qur’an, tafsir, hadis, tasawuf, filsafat, studi agama-agama selalu merujuk karya-karya sarjana laki-laki. “Apakah tidak ada sarjana perempuan yang layak dijadikan rujukan?” Hal ini disampaikan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. Yusuf Rahman, M.A. dalam Seminar Nasional Kajian Islam (SNKI) III Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bertajuk ‘Agama, Gender, dan Modernitas: Membaca Fenomena Ulama Perempuan di Indonesia’ (25/10/2021).

“Banyak disaksikan dalam beberapa kegiatan seminar kemudian muncul istilah ‘all male panel’ seluruh panelisnya adalah laki-laki. ‘Pertanyaannya adalah kenapa tidak ada panelis atau pembicara perempuannya?’” tanya Yusuf Rahman saat membuka acara

Apakah tidak ada, Yusuf melanjutkan, yang ahli di bidang itu atau karena dilupakan, atau bahkan tidak diketahui banyak sarjana perempuan yang juga ahli di bidang itu.

“Jangan sampai pembicara-pembicara hanya laki-laki saja. Mungkin peran perempuan selama ini hanya sebagai moderator saja. Dalam sesi paralel banyak pembicara laki-laki dan juga pembicara perempuan. Kami juga berharap dalam kegiatan-kegiatan di Fakultas Ushuluddin dan fakultas-fakultas lain suara perempuan itu juga perlu didengar terutama sebagai pembicara,” terang Dekan

Dekan berharap dalam kegiatan-kegiatan seminar, kuliah umum dan yang lain-lain tetap melibatkan peran perempuan, sehingga suara perempuan dihargai juga tidak dilupakan.

“Pada hari ini dan sesi-sesi paralel nanti kita akan mendengarkan peran dari ulama perempuan dalam berbagai kajian, terutama dalam seminar nasional kajian Islam ke-3 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kita selenggarakan pada hari ini dan besok, mudah-mudahan seluruh peserta yang hadir akan banyak mendapatkan manfaat dari kegiatan seminar kali ini.” Tutup Dekan

Hadir pembicara melibatkan banyak perempuan, seperti Ala’i Nadjib, M.A. (Ketua Program Ilmu Tasawuf), Eva Fakhrunnisa, Ph.D. (Dosen Antropologi Australian National University), Dra. Hj. Badiryah Fayumi, Lc., M.A. (Ketua Majelis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia [KUPI]), Dr. Dzuriyatun Toyyibah, M.Si. (Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. Etin Anwar, Ph.D. (Hobart and William Smith Colleges New York), dan Kusmana, M.A., Ph.D. (Wakil Dekan Akademik Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). (m.nts)